Judul: Iron Man 2
Jenis Film: Action/fantasy
Produksi: Paramount Pictures
Durasi: 124 menit
Cast & Crew
Pemain: Robert Downey Jr, Don Cheadle, Mickey Rourke, Gwyneth Paltrow, Scarlett Johansson, Samuel L. Jackson, Sam Rockwell
Sutradara: Jon Favreau
Penulis: Justin Theroux
Produser: Kevin Feige, Avi Arad, Susan Downey
Dua tahun berlalu sejak film Iron Man pertama yang sukses besar secara kualitas dan komersialitas, kini sutradara Jon Favreau kembali dengan sekuelnya, Iron Man 2 yang jelas-jelas lebih besar bujet pembuatannya dibanding film pertama. Masih mengandalkan aktor flamboyan Robert Downey Jr sebagai sang bilyuner jenius Tony Stark, kisah film kedua ini langsung melanjutkan ending dari film pertamanya saat Stark mengumumkan secara resmi identitas gandanya di depan publik.
Konsekuensi yang dihadapi Tony sungguh tidak ringan dengan pemberitaan media massa mengenai identitasnya sebagai Iron Man. Kini semua orang tahu siapa dualitas identitas Tony dan banyak pihak berada dalam dua kubu, memberi sambutan positif dan mereka yang menilai negatif. Tony pun harus menghadapi pihak pemerintah AS yang diwakili Jenderal Stern. Tony menolak mentah-mentah untuk menyerahkan armor-nya untuk kepentingan pemerintah.
Di lain pihak, terbukanya identitas Tony memicu kehadiran pria Rusia Ivan Vanko yang berniat membalas dendam kepada Tony. Semua berawal beberapa dekade sebelumnya, saat ayah Ivan ternyata bekerja sama dalam proyek penciptaan senjata rahasia (dalam hal ini armor) bersama ayah Tony, Howard Stark. Karena ayah Ivan mengalami nasib yang sangat malang dan justru Howard meraih kesuksesan besar itulah, Ivan lalu menggunakan sisa-sisa proyek peninggalan ayahnya itu dan membuat armor baru yang dia kenakan sendiri. Dengan menyandang nama Whiplash, Ivan lalu menyatroni Tony yang tengah berpacu di lintasan sirkuit GP Monaco. Duel dahsyat terjadi, tapi Ivan akhirnya dipenjara. Situasi makin rumit bagi Tony karena armor yang dia kenakan nyaris membawa akibat fatal bagi hidupnya dan dia pun semakin hari semakin frustrasi. Di lain pihak, seorang pengusaha saingan Stark yakni Justin Hammer secara licik berhasil mengeluarkan Ivan dari penjara. Justin mengajak Ivan untuk bekerja sama dengannya membuat ratusan robot tempur baru dengan armor ciptaannya, bukan saja untuk menghancurkan kehidupan Stark, tapi kalau bisa menguasai negara sepenuhnya.
Film sekuel berdurasi 124 menit ini sebenarnya tak jauh berbeda pola penuturannya dengan film Iron Man pertama. Suasana drama dan konflik yang melanda kehidupan Tony Stark masih menjadi porsi dominan, bahkan terbilang begitu intens. Begitu beratnya cobaan yang melanda Tony, sampai dia melepaskan jabatan CEO perusahaan Stark Industries miliknya dan mengalihkan jabatan tersebut pada asisten kesayangannya, Pepper Potts. Kehadiran asisten baru Tony, Natalie Rushman pun makin menambah pusing Tony bukan hanya kecantikan dan keseksiannya, tetapi juga sisi misterius yang ada pada sosok wanita cantik berambut brunette itu.
Memang tak ada lagi yang bisa memainkan peran Tony Stark selain Robert Downey Jr. Aktor kaliber Oscar ini masih tetap meyakinkan dan penuh kharisma, bahkan semakin menyatu dalam perannya. Begitu hebat penjiwaan Downey Jr terhadap karakter Stark, sehingga membuat film ini terus terjaga konsistensinya sepanjang durasi. Musuh besar Tony kali ini yaitu Ivan Vanko diperankan oleh Mickey Rourke yang kariernya bangkit kembali paska mendapat nominasi Oscar lewat film The Wrestler dua tahun lalu. Rourke secara meyakinkan mampu melakoni perani ini berkat keseriusannya melatih tubuhnya hingga begitu kekar, juga karena kemahirannya dalam melafalkan aksen Rusia dengan fasih.
Yang justru mengejutkan adalah Sam Rockwell. Aktor muda ini begitu menyita perhatian karena gesture, mimik dan cara berbicaranya yang membuat peran Justin Hammer ini begitu mirip dengan Tony Stark. Bedanya, Hammer kalah cerdas dan kalah kaya dibanding Stark. Don Cheadle bermain sebagai Kolonel James Rhodes di sini, menggantikan Terence Howard di film pertamanya. Performa Cheadle lumayan berkesan, apalagi karena peran Rhodey demikian nama panggilan James Rhodes mendapat peningkatan lebih di sini dibanding di film pertamanya. Gwyneth Paltrow dan Scarlett Johanssen bermain standar, tetapi cukup baik untuk menambah konflik di film kedua ini.
Sutradara Favreau dan penulis skenario Justin Theroux (Tropic Thunder) memang berhasil memfokuskan kehidupan Tony Stark di film kedua ini menjadi lebih kompleks, bukan saja karena berbagai konflik yang tak henti-hentinya melanda Tony, tetapi juga dengan bujet yang lebih besar, Favreau dan seluruh kru film ini berhasil membawakan berbagai adegan aksi spektakuler lengkap dengan efek visual berkelas yang begitu pas dengan sinematografinya yang kali ini terkesan lebih muram dibandingkan film Iron Man pertama. Satu jam pertama film Iron Man 2 ini begitu menarik dengan berbagai karakternya yang seolah-olah tidak henti beradu akting, dan satu jam berikutnya, serangkaian adegan aksi yang begitu impresif takkan bisa membuat penonton berpaling dari layar. Kinerja penata kamera Matthew Libatigue dan tim efek visual yang dimotori supervisor efek visual pemenang Oscar Janek Sirrs (The Matrix) betul-betul pantas mendapat acungan jempol untuk hal ini.
Kesimpulannya, film Iron Man 2 ini tak jauh berbeda dengan kualitas film pertamanya, hanya saja jika di film Iron Man pertama, masih ada beberapa adegan drama kelewat panjang yang bisa membuat penonton terkantuk-kantuk, di film Iron Man 2, hal ini tak bakal terulang. Intensitas emosi yang begitu tinggi pada setiap karakter utama maupun pendukung di film ini, ditambah dengan bertaburannya adegan peperangan dahsyat antar armor yang begitu luar biasa, membuat Iron Man 2 memiliki aspek positif yang lebih baik ketimbang film pertamanya.
Konsekuensi yang dihadapi Tony sungguh tidak ringan dengan pemberitaan media massa mengenai identitasnya sebagai Iron Man. Kini semua orang tahu siapa dualitas identitas Tony dan banyak pihak berada dalam dua kubu, memberi sambutan positif dan mereka yang menilai negatif. Tony pun harus menghadapi pihak pemerintah AS yang diwakili Jenderal Stern. Tony menolak mentah-mentah untuk menyerahkan armor-nya untuk kepentingan pemerintah.
Di lain pihak, terbukanya identitas Tony memicu kehadiran pria Rusia Ivan Vanko yang berniat membalas dendam kepada Tony. Semua berawal beberapa dekade sebelumnya, saat ayah Ivan ternyata bekerja sama dalam proyek penciptaan senjata rahasia (dalam hal ini armor) bersama ayah Tony, Howard Stark. Karena ayah Ivan mengalami nasib yang sangat malang dan justru Howard meraih kesuksesan besar itulah, Ivan lalu menggunakan sisa-sisa proyek peninggalan ayahnya itu dan membuat armor baru yang dia kenakan sendiri. Dengan menyandang nama Whiplash, Ivan lalu menyatroni Tony yang tengah berpacu di lintasan sirkuit GP Monaco. Duel dahsyat terjadi, tapi Ivan akhirnya dipenjara. Situasi makin rumit bagi Tony karena armor yang dia kenakan nyaris membawa akibat fatal bagi hidupnya dan dia pun semakin hari semakin frustrasi. Di lain pihak, seorang pengusaha saingan Stark yakni Justin Hammer secara licik berhasil mengeluarkan Ivan dari penjara. Justin mengajak Ivan untuk bekerja sama dengannya membuat ratusan robot tempur baru dengan armor ciptaannya, bukan saja untuk menghancurkan kehidupan Stark, tapi kalau bisa menguasai negara sepenuhnya.
Film sekuel berdurasi 124 menit ini sebenarnya tak jauh berbeda pola penuturannya dengan film Iron Man pertama. Suasana drama dan konflik yang melanda kehidupan Tony Stark masih menjadi porsi dominan, bahkan terbilang begitu intens. Begitu beratnya cobaan yang melanda Tony, sampai dia melepaskan jabatan CEO perusahaan Stark Industries miliknya dan mengalihkan jabatan tersebut pada asisten kesayangannya, Pepper Potts. Kehadiran asisten baru Tony, Natalie Rushman pun makin menambah pusing Tony bukan hanya kecantikan dan keseksiannya, tetapi juga sisi misterius yang ada pada sosok wanita cantik berambut brunette itu.
Memang tak ada lagi yang bisa memainkan peran Tony Stark selain Robert Downey Jr. Aktor kaliber Oscar ini masih tetap meyakinkan dan penuh kharisma, bahkan semakin menyatu dalam perannya. Begitu hebat penjiwaan Downey Jr terhadap karakter Stark, sehingga membuat film ini terus terjaga konsistensinya sepanjang durasi. Musuh besar Tony kali ini yaitu Ivan Vanko diperankan oleh Mickey Rourke yang kariernya bangkit kembali paska mendapat nominasi Oscar lewat film The Wrestler dua tahun lalu. Rourke secara meyakinkan mampu melakoni perani ini berkat keseriusannya melatih tubuhnya hingga begitu kekar, juga karena kemahirannya dalam melafalkan aksen Rusia dengan fasih.
Yang justru mengejutkan adalah Sam Rockwell. Aktor muda ini begitu menyita perhatian karena gesture, mimik dan cara berbicaranya yang membuat peran Justin Hammer ini begitu mirip dengan Tony Stark. Bedanya, Hammer kalah cerdas dan kalah kaya dibanding Stark. Don Cheadle bermain sebagai Kolonel James Rhodes di sini, menggantikan Terence Howard di film pertamanya. Performa Cheadle lumayan berkesan, apalagi karena peran Rhodey demikian nama panggilan James Rhodes mendapat peningkatan lebih di sini dibanding di film pertamanya. Gwyneth Paltrow dan Scarlett Johanssen bermain standar, tetapi cukup baik untuk menambah konflik di film kedua ini.
Sutradara Favreau dan penulis skenario Justin Theroux (Tropic Thunder) memang berhasil memfokuskan kehidupan Tony Stark di film kedua ini menjadi lebih kompleks, bukan saja karena berbagai konflik yang tak henti-hentinya melanda Tony, tetapi juga dengan bujet yang lebih besar, Favreau dan seluruh kru film ini berhasil membawakan berbagai adegan aksi spektakuler lengkap dengan efek visual berkelas yang begitu pas dengan sinematografinya yang kali ini terkesan lebih muram dibandingkan film Iron Man pertama. Satu jam pertama film Iron Man 2 ini begitu menarik dengan berbagai karakternya yang seolah-olah tidak henti beradu akting, dan satu jam berikutnya, serangkaian adegan aksi yang begitu impresif takkan bisa membuat penonton berpaling dari layar. Kinerja penata kamera Matthew Libatigue dan tim efek visual yang dimotori supervisor efek visual pemenang Oscar Janek Sirrs (The Matrix) betul-betul pantas mendapat acungan jempol untuk hal ini.
Kesimpulannya, film Iron Man 2 ini tak jauh berbeda dengan kualitas film pertamanya, hanya saja jika di film Iron Man pertama, masih ada beberapa adegan drama kelewat panjang yang bisa membuat penonton terkantuk-kantuk, di film Iron Man 2, hal ini tak bakal terulang. Intensitas emosi yang begitu tinggi pada setiap karakter utama maupun pendukung di film ini, ditambah dengan bertaburannya adegan peperangan dahsyat antar armor yang begitu luar biasa, membuat Iron Man 2 memiliki aspek positif yang lebih baik ketimbang film pertamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar